Aku dan semesta pernah mendiskusikan ini, segalanya ramah dan bijaksana memelukku. Meski bola mataku tak lagi dihiasi rupamu, jalanku adalah hal menemukanmu. Doaku adalah rindu yang memanggilmu kembali.
Aku menyimpul jawaban dari diammu. Hanya senyummu yang terukir yang tak mampu kubaca maknanya. benarkah yang kuraba serupa dengan getar hatimu?
Kekasih, aku pernah menitipkan mawar di sela telinga indahmu. Apakah aku pernah memintanya lagi dan menawarkan pada hati yang lain? Tidak. Kala mencintaimu, aku sudah tidak memerlukan lagi sempurna yang terlahir di luar sana. Suara mereka terlalu berisik, aku memilih diam. Semoga kita bertemu pada lamunan masing-masing.
Salahkah bila aku merasa kamu tak peduli? Kadang rasa itu mengayunkan bimbang, mengombang-ambingkan sayang yang begitu besar untukmu. Namun pencarian telah lama usai. Berhenti di titik tawamu. Jatuh tepat di binar matamu. Karena tak ada lagi yang mampu mengubah hati. Seperti apapun kamu tak peduli, aku masih disini. 'Begitu lelah sudah ku harus menepi.'
Tak ada yang salah, hanya aku yang terlalu bermain dengan hatiku sendiri tanpa memberimu kabar tentang cintaku padamu. Aku menyimpannya agar kekal di suatu masa, dimana Tuhan menakdirkan selama untuk kita. Percayalah, aku hanya tegar yang mengabdikan perih. Aku adalah bahagia yang menyembah duka.
Apa senja menyapu wajahmu tanpa telapak tanganku, sedang aku matahari yang mengantarmu terbenam dalam kelambu? Aku terlupa semua teori tentang cinta. Tapi tetap saja cinta adalah perbuatan dan bukan hanya kata-kata. Akan kubiarkan kedua tangan ini tanpa genggam siapapun, hingga 'selama' yang ditakdirkan Tuhan untuk kita menjadi nyata.
Tidak, senja datang hanya menitipkan rindu, tak ubahnya hujan. Pergi dan hilang tanpa mengerti ini akan menyiksaku sangat. Cinta memang perbuatan tapi dia datang menari meliuk di antara huruf per huruf lafadz doa yang kau ucap. Segalanya akan nyata, Kekasih. Meski surga penawar yang nyata sekalipun, tetap 'kita' adalah hal yang aku nanti sebelum kita memasukinya.
Kemarilah, bersamaku menari di bawah deras hujan. Bagaimana bisa aku tidak mencintaimu, Kekasihku? Kamu selalu mampu meredam resahku, melupakan perih yang menyesakkan. Beri aku satu pelukan, larut saja di basahnya, di dadamu.
Aku mencintaimu. Kamu, adalah jalan setelah surga. Sebegitu indahnya.
Ditulis bersama Muhammad Irsyad Al-djaelani

Nice post :) salam kenal dari instagram :)
BalasHapusHttp://iwantjetplanes.blogspot.com