7.9.08

No Title


Aku mempunyai kereta asap, indah, kuhiasi sendiri dengan cat warna warni, dengan lampion yang membuatku nyaman. Kereta itu siap sauh, dengan banyak dewa di dalamnya. Dewa segala dewa yang mengatur arah mata angin, mengatur derasnya hujan, dan mengarahkan impianku. Aku bermimpi untuk selalu membuatnya tersenyum.

Tiba-tiba, kereta kuda yang dulu pernah kunaiki datang dengan wajah lusuhnya. Kotor. Hatiku perih!! Aku membentuk kereta asapku dengan indah, ceria, ku kumandangkan dengan TOA agar semua orang dapat melihat kereta asapku, aku bangga. Sesaat kemudian aku melihat kereta kuda yang dulu kubanggakan, yang kuikhlaskan kepergiannya, yang merontokkan semua asa. Dengan mengendap aku berjinjit ke arahnya, menempelkan handuk basah ke tiap pori tubuhnya, membiarkan ia mendengus dengan hebat dan tertidur. Dan aku menangis dalam diam.

Kini, haruskah aku rontokkan lagi besi-besi yang menopang kereta asapku, ku kelupas lagi cat warna warni yang kulukis dengan ceria dulu, dan haruskah aku meninggalkan dewaku, yang demi kebahagiaannya aku dapat menggendongnya seumur hidupku, melihat ia menatap nanar kepadaku, sama seperti ketika sang Zeus meninggalkannya?

Aku diciptakan tidak dengan pilihan, namun pilihan yang memilihku.




gambar dari sini