"Aku sayang kamu." katanya. Aku tersenyum. "Bilang 'aku sayang kamu juga', dong...."
"Aku... sayang... kamu... juga..."
"Nah gitu," Senyumnya mengembang. "Hati-hati di jalan, okay? See ya!"
Tanpa diduga, tiba-tiba dia mendorong tubuhnya maju dan mengecup pipiku pelan.
Sebuah rasa di dada muncul. Yang jelas bukan gembira. Andai saja kamu tahu kalau aku mau mengatakan 'aku sayang kamu' sebanyak dan sesering kamu mau.
Aku terdiam.
***
Sebuah telepon masuk.
"Iya, Ma. Bentar lagi nyampe rumah kok!"
"Cepetan, Sayang. Om Rangga udah dateng, nih. Mama mau ngenalin kamu sama calon istri kamu. Anaknya cantik, lho. Pasti kamu dan dia bisa jadi pasangan serasi."
"Iya Ma."
“Memangnya kamu punya tipe khusus?” Mama menyelidik.
"Terserah Mama aja. Daahhh..."
Klik!
Entah darimana, bulir-bulir hangat itu muncul, dan selanjutnya, aku kangen kamu lagi.