Semburat merah jingga mewarnai langit senja. Sang mentari perlahan-lahan tenggelam di ufuk barat. Belaian sang bayu mendorong kapal nelayan berlabuh. Deburan ombak menjadi senandung indah bagi para nelayan itu. Indahnya langit merah, tak pernah seindah senja yang lembut dan menyala. Mempersembahkan semburat panorama yang tak terkatakan dengan semua kata di dunia. Saat yang tepat untuk melarikan diri sejenak dari keramaian kota. Kemana kaki ini melangkah. Kabur akan penjelmaan arah. Semburat merah, mengintip lewat wajah. Lelah terkalah resah.
Indah dan romantis. Seperti saat aku duduk di pantai Kuta. Atau hanya sekedar duduk di halaman kampusku dulu.
Sang mega ikut menghiasi, membias keemasan mengiringi mentari yang tenggelam. Lembut merajut garis-garis wajahmu. Tercipta satu harmoni menyentuh. Desau rindu prana di hela suasana mengurai kesetiaan. Kubuat prasasti menjemput impian dari tulus hati. Biduk telah ditambatkan di pantaimu bawa sebentuk hati. Menikah denganmu bertahtakan kesetiaan bermahkota cinta. Ah, bayang-bayang kerinduan itu!
Garis wajahmu, dengan untaian senyum yang merekah. Senyuman termanis di antara benderangnya semesta. Ingin ku melumat rasa. Tentang arti senyum indahmu diselakar ini. Pernah kau bilang padaku, 'aku tidak bisa tersenyum'. Apa sulitnya membuatmu tersenyum? Aku akan membuatmu tersenyum untukku setiap hari. Aku ingin membuatmu tersenyum saat dirimu bersedih. Bukankah aku bisa membuatmu tertawa? Bahkan membuatmu jatuh cinta...
Angin yang berdesir tiada terasa, melantunkan bait-bait kesyahduan, melenggak-lenggok bagaikan penari, terus merambah diantara dedaunan sore. Di ujung senja ingin kusampaikan, kerinduan dan setangkai mawar yang masih tersimpan darimu.
Senja selalu membuatku terpesona. LukisanNya yang Maha Sempurna. Dan.., selalu mengingatkanku pada kematian. Ya, aku seperti melihat malaikat maut sedang menungguku di ujung langit sana. Apakah dia sedang menjemputku? Apakah telah tiba waktuku?
Entah kenapa aku merasa waktuku semakin dekat. Tak ada yang mengharapkan kematian. Mungkin ini hanya perasaanku saja.
Semoga Allah masih memberiku kesempatan, aku masih punya keinginan. Ijinkan aku, melihat senyummu, menyentuh wajahmu, mencium tanganmu... Sampai renta..
Bayanganmu selalu menghadirkan kepedihan pada setiap jejak-jejak langkah menapaki jalan-jalan kelabu. Dimana ilustrasi itu selalu menghadirkan selaput cinta yang telah kau pahat sendiri. Sunyi merayap mendahului bahasa jiwa tak terjewantahkan. Aibpun tidak bisa menjalar dimana desiran angin mengabarkan berita hati dan perasaan menyatu dengan aliran darah kaku tak terangkai kepada muara pengaduan.
Aku hanya ingin memelukmu dari senja hingga shubuh tiba. Maka kerinduan ini akan lunas terbayarkan.
gambar dari sini
