Kadang timbul pertanyaan dalam benakku. Pernah tidak, kamu berdoa memintaku sama Tuhan, sekali saja? Pernahkah kamu bersungguh-sungguh menginginkanku?
Aku mencintaimu. Ya, benar aku mencintaimu. Jatuh pada dasar terdalam hatimu. Tersesat dalam labirinnya.
Lalu aku lupa bagaimana cara untuk pulang. Aku lupa bagaimana cara untuk bangkit. Aku lupa bagaimana cara untuk membencimu.
Inginku mengacuhkanmu. Atau sekedar berpura-pura untuk itu. Tapi sungguh aku tidak bisa. Aku lupa cara melupakanmu.
Dan kini aku lupa bagaimana cara tersenyum tanpamu. Lupa menghentikan tangis tanpamu. Aku benci tak bisa membencimu.
Hey tuan pemilik hatiku. Ajari aku melakukan semua itu. Seperti kamu yang kini begitu pandai berpura-pura tak mencintaiku.
Aku hanya ingin menanyakan satu hal. Tidakkah itu terasa menyakitkan bagimu, mengacuhkan aku, orang yang kau cintai?
Aku cinta kamu. Kamu cinta aku. Tapi ternyata tak semudah itu menyatu.
Karena kita yang tak pernah berani melawan dunia. Karena kita yang terlalu pengecut takluk pada 'takdir'.
Lalu bila aku bukan takdirmu, masihkah kau memperjuangkanku?
Dulu, kamu pernah mencintaiku. Sekarang pun kamu masih mencintaiku. Tapi kamu beranjak meninggalkanku
Seandainya teriak sekuat tenaga mengatakan "I love you" bisa membuat kamu menjadi milikku selamanya, aku pasti lakukan itu.
Jika aku berhenti mencintaimu, akankah kau sadar bahwa selama ini yang bisa mencintaimu sebesar itu hanyalah aku?