28.12.06

Endap Benak


Aku mengedap.

Depa tiap depa.

Seringkala tak menemu engkau yang selalu berputar melawan hari.

Dan benakku?

Entah kau tawan di mana.


gambar dari sini

27.11.06

Siluet Senja


”apakah ini juga akan berakhir?”
aku memelukmu,
di luar senja telah berlalu,
seperti juga hal-hal lainnya.


gambar dari sini

1.10.06

Jatuh Cinta Lagi


Aku merasakan sesuatu. Perasaan yang sepertinya pernah ku alami tapi terasa sedikit asing mungkin karena cukup lama tak kurasakan. Sepertinya aku jatuh cinta lagi! Yang ku rasa kala itu aku merindukan sosok laki-laki ini. Kurasakan setiap detik perubahan hatiku. Pelan-pelan ku pahami apakah ini seperti yang kupikir. Tapi ternyata hal seperti ini memang tak perlu untuk dipikirkan terlalu dalam, cukup hanya dengan dirasakan. Akhirnya ku yakini aku memang jatuh cinta lagi! Aku jatuh cinta padanya. Dia mampu menerangi hatiku lagi. Dia adalah cahaya di hatiku. Dia petunjuk arah yang mampu membimbingku menemukan sisi lain diriku. Dia pemberi semangat, kekuatan, dan keberanian padaku untuk lebih tangguh. Dia adalah tempat aku bisa bermanja dan mengeluh. Tertawa dan bercerita. Dia adalah jawaban dari setiap doa yang dulu pernah ku pinta pada-Nya. Hanya saja.. aku telah memiliki lelaki yang lain. Huff...

Aku berharap cahayanya akan menjadi mentari di siang hariku, sinar rembulan di malam hariku. Mercusuar untuk petunjuk arahku. Namun semua tak mungkin, dia hanya cahaya bintang jatuhku. Yang datang hanya sekejap lalu hilang dalam gulita malam. Memberi keindahan akan cahayanya yang kunikmati sesaat, namun akan selalu tinggal dalam keabadian kenangan.

Dia masuk dalam kehidupanku dan hatiku, memberikan pengaruh. Dia adalah potongan puzzle yang melengkapi gambaran perjalanan hidupku. Dia juga yang mampu membuka tirai dari sisi-sisi lain diriku yang mungkin tak kan pernah aku temukan jika berproses sendiri. Dia telah meninggalkan jejak-jejak langkah yang mempengaruhi hidupku.

Seorang yang selalu kurindukan, yang meninggalkan jejak terdalam justru yang tidak bisa aku lihat setiap malam. Karena dia tak ada di sampingku, bintangnya telah jatuh pada malam itu, dan kini berada di hatiku, selamanya.

1.9.06

Do You Remember?



meniti sepi, aroma embun pagi.

bersama desir angin, hujan, dan daun melambai,

gundah habis menggerogoti dada penuh harapan pasti,

menanti semburat yang tertoreh di lidah dan hati

pandangi langit di ufuk cakrawala,

ingatkan ku akan sebuah nama,

namamu bergetar… mengalun dalam jiwa


gambar dari sini

1.8.06

Baik itu Sederhana

Baik itu sederhana, tapi bagai emas dan berlian, terbaik terkadang menjebak kita ke ruang keangkuhan. Dan emas yang paling mulia di sisi Allah adalah berbuat baik untuk selalu dzikir mengagungkan dan mensucikan NamaNya.

17.6.06

Kupu-kupu Senja


Senyum, di dada senja

Sayap kupu-kupu mengepak bergumul jingga


gambat dari sini

4.6.06

Harapan Itu Menyakitkan

Aku tidak tahu lagi apa itu harapan. Aku tahu harapan itu indah. Tapi sudah lama aku berhenti berharap. Mungkin lebih baik memulai sesuatu yang baru tanpa harapan. Biarkan semua berjalan sendiri. Let it flow. Selama niat kita baik, semoga semua berjalan dengan baik. Eh, apakah aku baru saja menyebutkan sebuah harapan? Haha... Entahlah. Yang pasti aku tidak mau terlalu sakit ketika harapan yang begitu indah menjadi hancur terberai. Kita ikuti saja skenario Tuhan.

Tahukah kamu, aku terharu membaca puisimu itu. Ataukah mungkin aku terlalu larut dalam perasaan. Tiba-tiba kurasakan mataku hangat.

Tolong, jangan menjanjikanku bahagia. Kita memang belum dipertemukan oleh semesta, namun nanti pada waktunya, kita akan berkata dalam rasa. Membuat semua klise yang ada. Atau kau ingin membuatku mati rasa?

22.5.06

Boleh Kan?

Boleh kan aku hanya percaya pada apa yang aku lihat?

Boleh kan aku percaya bahwa omonganmu hanya bualan belaka?

Panggil aku berprasangka buruk, terlalu rumit atau apa pun.

Aku hanya melindungi diri dari terluka. Dari apa yang aku rasakan saat ini.

Ah, ternyata selama ini aku masih tidak cukup kuat melindungi diriku sendiri.

Ternyata dinding tebal yang aku bangun belum cukup tinggi untuk melindungi hatiku.

Ternyata aku masih saja percaya pada bualan, yang sangat kontras dengan apa yang aku lihat.

Ya, aku sedang kecewa, sedang sedih.

Boleh kan?

Semoga ini yang terakhir.

Semoga setelah ini aku mati rasa.

1.5.06

Terlambat Sayang


Jauh sebelum hatimu mengirimkan sinyal temaram itu, pagutan telah berlabuh di kening dan kemudian mendominasi setiap ruas tubuh untuk menghadirkan debaran kencang, menggemuruh.

Sesaat kau menepis pertanda dalam malam bertasbih, disanalah kaki-kaki berlari mengikuti suara hati yang mungkin kadang melengking kadang pula berbisik tak terusik.

Selepasnya kau yakini kebenaran yang ada di dalam nalurimu. Ciptakan amarah yang bersirobok dengan gurauan tajam dari hati yang selalu tersakiti, membenarkan kebenaran yang kau ciptakan sendiri lalu mengamuklah kau kepada nuansa. Saat itu cinta musiman menepi berlalu seiring bergantinya cerita baru memutuskan untuk melangkah mundur.

Selanjutnya kau ambil alat komunikasi yang membuatmu mampu berbicara lebih cepat dari angin namun tanpa suara, saat itulah kecupan akhir diluncurkan keduanya. Kecupan yang meminta untuk tak usai, namun tak jua mampu melabuh.

Kemudian pesan singkat itu terkirim: “Aku tahu kau berniat buruk. Jangan ganggu suamiku!”  ujarmu dalam tekanan emosi dan siluet masa lalu .

Sebuah pesan singkat membalas “Kamu tenang saja, memang sudah bukan musimnya. Nalurimu terlambat beberapa depa,”  jawabku tertawa.


gambar diambil dari sini




21.4.06

Rinduku di Danau

Gelap malam dengan lentera, berbias jingga hadirkan luka rinduku padanya.

Sayup sampai kecipak air terpaan dayung di danau tenang tak berujung

Peluhku di pelipis kiri, hanya titik tanda tekad hati untuk terus mengayuh perahu asa menuju seberang sana.

Seberang sana dimana segala hasrat, cita dan cinta kupercayakan pada malaikat hati, tetaplah hanya untukku

1.4.06

Jejak Malaikat Surga



Hari ini, kulihat jalan berliku menuju surga
Langkahku pasti tinggalkan jejak luka berdarah
Culik aku, teriakku pada malaikat dengan wajah merona
Jiwaku melayang menatapnya tersenyum dan pergi
Aku mematung, kakiku membatu
Langkah-langkah surga semakin menjauh
Hati meranggas, ratapi air mata luruh
Kutunggu kau di surga katanya
Dan udara kembali bertuba
Aku bangkit, mengejarmu

19.3.06

I Hate Monday

Tahukah kamu berapa lama aku berada di depan laptop sambil bengong saat mau menulis surat ini? Lebih dari satu jam. Seolah kehilangan kata-kata. Aku tak tahu harus menuliskan apa.

Boleh aku bertanya? Apakah itu salah kita saat banyak orang yang mencintai kita? Beberapa hari ini mengusikku. Ada yang bilang itu salahku karena aku telah membuat mereka jatuh cinta. Tapi kan aku tidak pernah berniat untuk melakukan itu. Salahkah berbuat baik dan ramah kepada setiap orang? Mungkin benar yang kamu bilang, aku punya kemampuan untuk membuat orang lain jatuh cinta dan patah hati sama besarnya. Lalu apakah aku salah?

Bagaimana kita bisa mencintai kalau jatuh saja kita takut? Bukankah jatuh cinta dan sakit hati itu satu paket? Satu paket juga dengan rindu dan cemburu. Lalu apakah kamu hanya ingin terus bermimpi? Aku pikir tidak perlu dijelaskan, kamu cukup pintar untuk mengerti.

Senin yang sibuk untukku. Bangun sholat malam, sahur, sholat shubuh lalu ketiduran dan terbangun karena bbm seorang teman yang nge-ping beberapa kali karena tidak sabar. Aku terburu-buru berangkat ke puskesmas dan terlambat mengikuti apel. Pasien yang antri minta ditangani serta laporan yang harus diselesaikan segera. Sibuk. I hate monday. Kepalaku sakit. Kebiasaan saat aku terlalu sibuk atau saat aku kepanasan. Dan sekarang aku berharap maghrib cepat datang.

Apakah ceritaku tentang hari ini serupa keluhan? Kalau begitu tolong kamu abaikan.

16.3.06

Namanya Pohon Cinta


Aku menanam biji. Ku rawat hingga tumbuh menjadi pohon yang lebat, kokoh dan tinggi. Ku jaga pohon tersebut. Sehingga pohon itu ku beri nama lain. Cinta. Aku rawat baik-baikdan penuh kasih . Dan aku selalu berbicara dengan pohon itu. Hanya sekedar berbagi cerita.

Walaupun aku tahu, si pohon tak akan pernah tahu betapa aku sangat menjaga pohon tersebut. Walaupun aku tahu, mungkin pohon itu akan menghasilkan hasil yang berbeda-beda, tidak selalu sesuai dengan apa yang aku inginkan. Jika musim gugur tiba, aku akan dengan bahagia menikmati keindahannya, dan jika musim kemarau tiba, dengan sabar akan ku rawat dan aku siram pohon itu hingga ia tidak akan pernah mati kekeringan.

Tetapi aku menikmati setiap proses dan kegiatan yang melibatkan pohon itu. Waktu aku menyiramnya, memupuknya dengan pupuk yang diberi nama kasih dan duduk dibawahnya untuk meracau tanpa arah. Hanya untuk merangkai cerita. Aku selalu senang dan bahagia untuk menjaga dan merawat pohon itu..

Priceless.




gambar dari sini