Sesaat kau menepis pertanda dalam malam bertasbih, disanalah kaki-kaki berlari mengikuti suara hati yang mungkin kadang melengking kadang pula berbisik tak terusik.
Selepasnya kau yakini kebenaran yang ada di dalam nalurimu. Ciptakan amarah yang bersirobok dengan gurauan tajam dari hati yang selalu tersakiti, membenarkan kebenaran yang kau ciptakan sendiri lalu mengamuklah kau kepada nuansa. Saat itu cinta musiman menepi berlalu seiring bergantinya cerita baru memutuskan untuk melangkah mundur.
Selanjutnya kau ambil alat komunikasi yang membuatmu mampu berbicara lebih cepat dari angin namun tanpa suara, saat itulah kecupan akhir diluncurkan keduanya. Kecupan yang meminta untuk tak usai, namun tak jua mampu melabuh.
Kemudian pesan singkat itu terkirim: “Aku tahu kau berniat buruk. Jangan ganggu suamiku!” ujarmu dalam tekanan emosi dan siluet masa lalu .
Sebuah pesan singkat membalas “Kamu tenang saja, memang sudah bukan musimnya. Nalurimu terlambat beberapa depa,” jawabku tertawa.
gambar diambil dari sini
Eh?
BalasHapusaku harus membaca dua kali untuk memahami maksudnya.
Bagus sekali kata-katanyaa
aku sukaa >.<
Makasih Mbak :)
Hapus