24.1.11

Dirinya Harus Bahagia

Aku selalu terdiam ketika tetesan mulai jatuh satu persatu membasahi kelopak mataku. Seolah senyum ini pun beku tertekan oleh rindu yang memuncak dalam dada.

Sungguh belum pernah aku merasakan gemuruh seperti ini. Rasanya berbeda, sebeda makna sejuk dengan dingin, atau hangat dengan panas. Nuansa yang sepertinya sama, namun indah di satu sisi dan menyakitkan di sisi lain.

Maha Indah Allah yang menciptakan perasaan dengan segala kecemasan, kegalauan, dan mungkin juga sakit, namun dibingkai dengan perasaan rindu, yang seperti dahaga yang tertahankan.

Dobrakan dalam hati ini terus menerus menuntut diriku mencurahkannya dalam bentuk apapun…

Aku gelisah… sangat-sangat gelisah karena diri ini begitu lemah, begitu rapuh, seakan takut kehilangan dirinya… kehilangan sosok yang baru saja mengisi kosong dan ruang hampa ini, dengan segala kata dan segala sikapnya yang terus menerus terekam dan berputar dalam alam pikiran sadarku….

Padahal, aku sendiri sadar, aku bukan miliknya…. Bahkan aku sadar, aku, bukan sesuatu untuknya….

Hmmph…

..

…..

Satu hal yang terpikir olehku saat ini adalah, mungkin dia akan sangat bahagia, entah olehku ataupun tanpaku… mungkin oleh seseorang yang lain…

Entah, rahasia yang hanya Allah pemilik kuncinya.

Namun yang ingin aku pastikan adalah, dirinya harus bahagia. Harus bahagia. Bagaimanapun caranya, bahkan jika itu membutuhkan pengorbananku untuk membunuh perasaanku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar