30.4.11

Rindu Merekah Kelabu

Sendu. Kelabu. Rindu kamu.
rindu merekah di langit kelabu, terlihat semu. sebab yang dirindukan tak pernah tau jika ia dirindu.
ah rindu, tetap saja kusemai kau di bawah nada gerimis yang paling merdu. meski kutau kau tak akan penah tau, rindu.
Rindu untukmu, berulang kuucap dalam doaku. Agar tak lagi kau palingkan wajahmu kala rinduku deras menghunjam namamu.

28.4.11

Langkah. Kelabu. Kau, aku.


Suatu malam dulu kala,
tuk kali kesatu kuberanikan diri terjun bebas ke lautan hati,
yang kebetulan milikmu.
Detak langkahmu tak terlupa,
Euphoria tak terencana yang kemudian bertahan berbulan-bulan lebih lama
Warna kita masih kelabu
Masih kelabu dan mungkin kan terus begitu
Masih kelabu tawarkan hanya kini dan masa lalu
Masih kelabu tanpa “masa depan” dalam daftar menu
Masih kelabu, kian menggelap seiring waktu

20.4.11

Melepas Senja dengan Menunggu


Di khatulistiwa biru yang hampir tak lagi menjadi garis,
aku cari namamu, sambil menangis...
Semesta tanpa kata, hening manusia.
Hanya burung-burung yang menyamar menjadi biduan tengah senja.
Sebentar lagi matahari lari, merelakan bulan menikahi kekasihnya sementara.
Langit masih gagah saja, menanti pasangan malamnya kali ini yang berwujud purnama.
Tidak ada pesan yang dapat aku baca, selain rasa angin.

16.4.11

di simpang empat itu


kemarin, sebelum magrib, di simpang empat itu aku melihat sepasang kekasih melintas, lewat tanpa beban. berengkuhan. keduanya masih remaja, barangkali anak orang kaya, atau anak pejabat.

12.4.11

k a m u

aku sering mempertanyakanmu. menuliskanmu, membisikan namamu, memikirkanmu, meyakinimu lalu mempertanyakanmu. sepertinya menyayangimu dan tidak pernah bisa betul-betul memahamimu. bahkan mempertanyakan kesadisanmu yang membuat segalanya tampak mudah padahal tidak, membuatku merasa bersalah hanya untuk nafas-nafasku yang menyesak. padahal bukankah bahkan nafasku adalah, katanya, untukmu dan karenamu.

8.4.11

kelana kata

kata, tak selalu mencumbu kita setiap hari
ia bagai angin musim yang mengembara bumi
karena itu
kadang aku terdiam
merayakan perginya yang akan kembali

4.4.11

Turunlah Bintang



Sebentar saja
Ada sedikit rangkaian kata yang pernah kita namakan janji
Menantimu sudah lama meski tanpa suara
Sudah cukup kilau itu, waktunya menyata
Bunyikan lagi langkahmu hiasi pagi yang masih terlalu dini
Buktikan bahwa kita bukan hanya mimpi belaka
Atau, jika ya.
Diamlah di sana.
Di angkasa, tempat di mana pengertianku belum juga tiba
Tempat di mana logika kita belum juga berjumpa

1.4.11

Purnama

Bulannya megah, bercahaya seolah melimpah ruah,

aku ingin duduk di antara sinarnya melambaikan tangan isyaratkan rindu

yang membisu.

Bulannya indah, berdandan cantik, sinarnya lentik.

aku ingin duduk di lekuknya, menyanyikan sebuah lagu merdu untukmu.

tak apa, biar dunia tahu.

Bulan tak pernah tak purnama,

jika hanya terlihat setengah, sisanya masih ada

cuma dia sedang malu untuk menampakkan muka.

dia pemalu, atau mungkin dia sedang menyembunyikan rindu.

Bulan purnama yang cantik.

Di bawah langit yang sama,

aku harap mataku dan matamu memantulkan benda yang sama, bulan purnama.

Dengan begitu tak ada lagi jarak untuk rindu yang terlalu menggebu.