5.12.14

[masih]

Setiap mengingatmu, aku hanya ingin mengenangmu dalam senyuman.

Kamu selalu bisa menjadi alasanku tersenyum.

Iya kamu, Sayang!

Ah, apa sih aku ini berani memanggilmu Sayang.

Aku (masih) berharap, iya aku mengakuinya.

Tapi jangan salahkan aku (masih) jatuh cinta padamu.

Tentu saja bukan juga salahmu, Sayang.

Salahkan Tuhan kalau kamu berani.

Kita mungkin tak berjodoh, yah biarlah.

Tapi sudahlah, toh aku sudah melangkah sekarang.

Kamu rindu? Aku bukan sekedar rindu.

Bagiku kamu itu keajaiban bila bisa kugapai.

Bila tidak, cukuplah aku tahu kamu selalu menyimpan memori tentang aku.

Cukuplah aku tahu kamu (masih) menyayangiku.

Pernah menjadi yang terbaik di hatimu.

Dan ku beruntung sempat memilikimu.


Bondowoso, 3 Desember 2014


Ditulis berdasarkan interpretasi lagu Sempat Memiliki yang dinyanyikan Yovie & Nuno dari tema Lagu Dedikasi.

2.12.14

Menikahlah Denganku

Ada yang tak merenta di belantara usia, dalam hatiku yang rebah ke dadanya.

Pada hangat nafasnya kuhirup rasa yang beda, cinta semanis ganja.

Mencintainya serupa awan, meski larut menjadi hujan,
tak pernah jera menjelma lagi!

Mencintanya hingga detik berubah menit, dan tahun berhenti berhitung.


Jari jemariku memainkan tali temali.

Melilit bisu dalam kuat hati.

Kurangkai kata dalam bayang imajinasiku.

Menerka bagaimana hatimu.


Kuperankan dialogku saat pertemuan kita, nanti.

Tergagap menatap mataku sendiri.

Dalam bayang cermin buram.

Terus kuulang tanpa semangat yang padam.


Aku menemukan permata di antara permata.

Yang terindah di antara yang indah.

Lebih berkilau dari segala yang pernah aku temui.

Tanpa cacat di sisi-sisinya.


Dia semangatku.

Sumber dari segala harapanku.

Pereda dahaga jiwaku.

Penerang setiap tindak langkahku.


Aku ingin selalu serta bersamanya.

Di setiap sudut dunia dan menyentuhnya.

Dalam setiap dekap detak jantung aku pun dia.

Aku ingin memilikinya dalam satu ikatan cinta.


Dan itu kamu.

Maukah kau menikah denganku?


Ditulis berdasarkan interpretasi lagu Menikah yang dinyanyikan Java Jive dari tema Wedding Song..

1.12.14

Kopi, Dulu Heran Sekarang Cinta

Dulu aku selalu heran setiap ada orang yang bingung ketika dia tidak minum kopi hari itu. Apa sih istimewanya kopi, begitu pikirku. Bahkan seorang teman yang sakit kepala, tergesa minum kopi karena katanya itu pasti karena dia belum minum kopi. Aku bilang, mungkin itu hanya sugesti saja. Tapi anehnya sakit kepalanya memang benar-benar hilang setelah dia minum kopi.

Sampai kemudian aku sendiri yang jatuh cinta pada kopi. Berawal dari saat aku ditugaskan di kecamatan Sempol, Bondowoso. Di tempat itu ada perkebunan kopi Arabica. Setiap pagi selalu tersedia secangkir kopi Arabica di meja kerjaku. Harumnya aroma kopi serta nikmat rasanya membuat aku tidak bisa melewatkan pagiku tanpanya hingga kini. Seolah belum lengkap hidupku sehari bila belum minum kopi.

Kopi itu teman buatku. Ketika aku sendiri atau ketika aku ingin sendiri. Menikmati setiap teguknya hingga kadang ampasnya pun ingin kutelan juga. Aku suka mencium harumnya dalam-dalam saat menuangkan bubuk kopi di cangkir. Begitu juga saat menyeduhnya dengan air panas. Sesuatu yang menenangkan buatku, semacam aromaterapi. Membuat waktuku seolah terhenti sejenak.

Dan aku lebih suka minum kopi saat panas. Memang cepat habis tapi lebih enak, menurutku. Lebih terasa nikmat rasanya masih bercampur dengan aromanya. Ah, jadi teringat quote film “Cinta itu kayak kopi, enak pas panas tapi akan cepat habis diminum. Tapi kalo gak mau cepat habis minumnya dikit-dikit tapi akan cepat dingin.”

Mungkin aku termasuk procaffeinating; the tendency to not start anything until you’ve had a cup of coffee; tidak bisa memulai suatu hal sebelum minum kopi. Candu yang sempurna, bukan?


Twitter: @aidicted

Facebook: ai.dicted


Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi cerita pendek #DiBalikSecangkirKopi yang diselenggarakan oleh NESCAFE Indonesia.

Terlampau Luka

Selepas patah, tak pernah kuharap pipiku basah.

Selepas remuk, masih kuharap kamu yang memeluk.

Tak kah kau rasakan sakit yang teramat ini?

Aku tak mampu berdiri, apalagi berlari.

Aku lumpuh, merangkak pun tak mampu.

Kau menikamkan pisau tepat mengenai jantungku.

Puaskah kamu setelah membunuhku tanpa peringatan?

Kini aku bersembunyi di sudut kamarku membiarkan diriku menatap wajah yang selama ini bertarung dengan ragu.

Aku membayangkan tanganmu mengusap lagi wajahku, menyentuh ingatan yang mencair di pipi.

Aku tak bisa lagi melafalkan luka semenjak kau hapus seluruh langkah di dadaku yang telah sedemikian dalam terpahat.

Aku berteman baik dengan kenangan dan setia memungut keping demi keping yang kau lemparkan.

Riak luka mengapung di mataku membuatku sadar bahwa hatimu telah tercemar.

Gelombang mengambang di bibirku membangunkanku dengan dingin napasmu yang enggan menyembuhkan luka yang kau tanam di sekujur tubuhku.

Kupanggil namamu, kupanggil namamu, selalu….

Hingga tembok kamarku memantulkan suaramu

Kita menari, memeluk, bercinta dalam ketidakwarasanku ini.

Dengan apa aku harus melarikan diri?

Harus dengan apa kurapikan ingatanku kembali?


Bondowoso, 1 Desember 2014 14:00


Ditulis kembali berdasarkan interpretasi lagu Ketidakwarasan Padaku yang dinyanyikan Sheila on 7 dari tema Lagu Patah Hati.