Ada air mata, menggenang di saku kemejamu
Setelah perjalanan panjang berliku
Yang tak pernah kau sesali
Walau sekali
Pernah kumengerjap manja,
lalu bertanya, “Apakah itu air mata, Ayah?”
Kau tersenyum, dan menjawab,
“Bukan, Sayang. Ini hanya sisa hujan,
yang Tuhan titipkan, semalaman.”
Lama baru kusadari,
kau hanya coba bentangkan pelangi
Di rumah kami
Tahukah engkau, Matahari, bahwa aku mencintaimu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar