pada selembar sajadah yang tenunannya mulai melapuk, meruah semua harap juga tetes yang merintik karena luap rasa. tereja bersama jutaan titik haru yang paling tenggelam. pada selembar sajadah yang ujungnya mulai terburai, terekam namamu, untuk kupinta menjadi imam.
pada satu ruang waktu kini, kubujuk semesta untuk menjodohkan kita. pada satu persimpangan waktu nanti, akan datang masanya sajadah kita bertemu. aku bersabar, hingga tak mampu lagi kueja pintaku karena hanya hati yang dapat melakukannya dalam sunyi di runduknya sujud.
bila engkau adalah sebentuk kebaikan bagiku dan kehidupanku. juga penyempurna keyakinanku terhadap Sang Maha, angin membisikkan rindu di tiap siutnya. meneteskan keyakinan itu pada hangatnya darah, satu demi satu. mencondongkan rasa pada satu ketetapan mutlak. dan kita terberkati dalam satu konspirasi alam.
satu saat nanti, kuterima lamaranmu. sebagai jawab untuk ribuan pertanyaan di ujung sajadahmu.
pada satu pertemuan ruang waktu nanti, dua sajadah kita akan bersanding dalam perhelatan semesta. kugelar sajadahku sedepa di belakang milikmu, menjadi makmum. menadahi sujud kita yang melebur dalam satu pinta, keberkahan surga dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar