3.2.11
Kuingat Kulupakan
Kala tabir terbuka
Luka itu sakiti jiwa
Melupakannya tak semudah mengatakannya
Karena yang ada memanglah nyata
Namun luka tak mesti berarti duka
Mungkin saja bila esok tiba
puisiku tak lagi menjenguk
menyelinap mesra jendela hatimu
karena rasa itu telah kau hanyutkan jauh
pada deras sungai jemu
Tiap patah-patah kataku
tidak lagi seindah kicauan burung
mengalunkan mimpi waktu lenamu
kini ia jadi igauan siangku
bagai irisan kaca yang membekas dalam diam
sedikitpun tak bisa kutawarkan gundah
kepak sayap lincah menggoda sirna sudah
peluk hangat yang biasa aku terima
kini kuyu, bisu dan dingin yang ada
seolah tak berbekas lenyap ditelan duka yang menggema
Langkahku tak setegar hari-hari kemarin
sedapatnya kuraih sisa dirimu
hangatkan hati yang dingin
menyibak kabut yang membekap rindu
sudah saatnya aku berhenti
menghitung hari tak bertepi
yang kian menyiksa diri
Telah lama kujelajahi padang kenangan
dalam redup sendu cahaya matamu
senyum manismu
ketampanan hatimu
mengiringkan langkahku menapaki taman surgawi
terukir kenangan bersamamu
kini
telah saatnya aku berhenti
menghitung hari
yang kian menyiksa diri
pada mekarnya mawar
menyimpan duri
pada indahnya taman surgawi
ternyata hanya mimpi
duri itu, kasih
begitu ganas menusuk ke ulu hati
hingga aku sadar diri
semuanya hanya mimpi
sebab tak mungkin kau kumiliki
lambaian tanganmu kasih
kian menoreh luka di hati
selamat tinggal kasih
dan jangan kau kembali
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar