11.6.15

Jangan Lagi Bicara Perpisahan


Aku heran, kenapa kamu suka berbicara tentang perpisahan. Buat aku perpisahan itu menyakitkan. Selamanya tetap begitu. Meskipun disetting dengan sebaik mungkin. Tetap saja sakit. Bukankah itu identik dengan kehilangan? Ketika kita sudah terbiasa dengan adanya sesuatu atau seseorang, lalu tiba-tiba dia pergi. Itu seperti keping-keping puzzle yang sudah mengutuh, lalu dipaksa terberai. Tak hanya itu, ketika kita menyusunnya lagi satu persatu, ada keping yang tak lagi kita temukan.

Aku rasa, kamu tak pernah benar-benar merasakan bagaimana sakitnya perpisahan. Karena kamu tak pernah benar-benar mengenal cinta dengan baik. Maaf, ini hanya perkiraanku saja. Kalau salah jangan marah ya. Kamu sudah pernah ditinggalkan dalam keadaan masih cinta dan mati-matian menanggung rasa sendiri? Sudah pernah disuruh pergi padahal kamu sayang sekali sama dia dan sebenarnya dia juga sayang sama kamu? Kalau belum, pantaslah kalau kamu tidak terlalu bermasalah dengan perpisahan.

Maaf, aku belum mengenalmu dengan baik. Tapi kamu pandai memainkan kata-kata. Jadi wajar perempuan-perempuan itu meleleh mendengar dan membaca rayuanmu. Tolong, jangan pernah memberikan harapan palsu. Kasihan mereka.

Tadi kamu bilang hatimu telah hilang separuh, mencair disentuh deras kata-kataku? Hmm..., lalu apa yang harus aku lakukan untuk membuat hatimu kembali utuh? Jangan biarkan rasa bersalahku membesar. Kata orang, aku begitu mudah mengiba, tak ingin orang lain tersakiti. Rasa ibaku membuat mereka memanfaatkanku. Tolong jangan lakukan itu padaku.

Semoga senjamu indah. Meski hujan masih deras mengguyur bumi. Meski tak ada pelangi setelahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar