23.6.15

Kita Mencintai Lelaki yang Sama, Ma


Apa kabar Ma? Sebenarnya sejak lama aku ingin ngobrol sama Mama. Tentang apa saja. Terutama tentang lelaki itu, yang sama-sama kita cintai.

Aku masih ingat pertama kali telepon Mama. Waktu itu dia sedang sakit demam berdarah, di rumah sakit. Aku panik. Berhari-hari dia mengeluh badannya demam. Aku di sini tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya menemaninya dan menyarankannya ini itu. Jujur, aku sama sekali tidak tenang. Ya, tapi aku bisa apa? Selain berdoa untuk kesembuhannya. Aku sayang dia, Ma. Aku merasakan sakit yang dia rasa.

Sampai akhirnya dia masuk rumah sakit. Dan aku sulit menghubunginya. Aku bingung. Aku tidak tahu lagi harus menanyakan kabarnya kepada siapa. Lalu aku memberanikan diri menelpon Mama. Telepon pertama, tidak diangkat. Lalu ada pesan singkat dari Mama. Mama nanya aku siapa. Aku telpon Mama lagi. Diangkat. Akhirnya untuk pertama kali kita ngobrol. Tentang dia. Kesehatannya.

Aku banyak mendengar tentang Mama dari dia. Aku kagum sama Mama. Aku juga kagum sama dia, lelaki yang mencintai ibunya dengan baik. Tidak banyak anak lelaki seperti itu, Ma. Mama tidak usah meragukan dia ya, Ma.

Kadang aku berkhayal, seperti apa rasanya jadi menantu Mama. Kata dia, pasti aku akan bahagia. Karena Mama sangat ingin punya anak perempuan. Dia juga bilang, aku pasti cocok sama Mama. Karena aku anak yang baik dan Mama juga bukan ibu yang rewel sama anak-anaknya.

Sampai akhirnya, apa yang harus terjadi akhirnya terjadi. Mama meminta aku menjauhinya. Aku tahu cinta Mama untuknya lebih besar daripada cintaku padanya. Aku mengalah untuk Mama. Meski dia pernah berkata "Seandainya tidak ada yang namanya durhaka, pasti aku ninggalin Mama buat kamu." Aku tahu diri, Ma. Aku jawab kata-katanya, "Jangan pernah ninggalin Mama. Karena selamanya surga berada di bawah telapak kaki ibu."

Lalu suatu hari dia bilang kalau Mama berandai aku ada di sana, Mama pasti memilihku untuk dia. Tapi sudahlah, tidak ada lagi yang bisa kita lakukan kan? Aku masih mencintai dia, Ma. Meski cintaku tak sebesar cinta Mama.

Mama, seandainya suatu hari aku ke kota Mama. Aku masih boleh kan bertemu Mama. Boleh aku peluk Mama? Semoga Mama selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan, bersama anak-anak Mama dan cucu-cucu Mama nantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar