21.6.15

Rindu


‘Rindu' ku baca berulang-ulang hingga satu-persatu nyawa tentang kamu berputar-putar. Ku pikir aku lupa, nyatanya aku tengah menikmati luka.

Entah emosi yang bagaimana tengah menyeruak pelan tanpa pelampiasan, rasanya aku ingin berteriak kencang pada sosok yang menyiksaku dengan rindu. Pada sosok yang menjadi tudingan atas aksara-aksara yang ku buat.

Aku tidak tahu, masih belum tahu tepatnya, apa rindu ini akan berubah menjadi rasa bernama cinta, sayang, atau apapun itu, atau mungkin saja nantinya akan menjadi kebosanan tergerus waktu. Yang jelas, sekarang ini, aku rindu!

Tidak tahu juga kenapa, ku pikir tidak semua rindu pantas diutarakan, tidak seperti rasa bernama sayang dan cinta yang layak dan sudah seharusnya disampaikan. Atau aku hanya sekali lagi sedang menjadi pengecut, atau aku sedang dikuasai gengsi tak stabil? Ya! Aku menjadi labil! Aku ingin kamu yang secara sederhana, tidak usah basa-basi, menyatakan rindu.

Tapi, seperti rasa bernama cinta atau sayang, rindu juga tak harus berbalas, terlebih kamu yang seperti udara, ada di mana-mana, yang ku hirup, inginnya banyak-banyak agar memenuhi paru-paruku, tapi aku terlalu serakah, jadinya malah sesak.

Aku menyiksa diri.

Aku tahu kamu tahu, karena ada nada berbalas rayu dalam aksara yang entah iseng, bercanda atau sungguh-sungguh. Kan kamu tahu, aku tidak tahu kamu! Aku tidak mengenal kamu. Kamu juga tahu, kumpulan aksara itu abstrak dan ambigu, sedikit ditimpali rasa, seolah itu menjadi desiran yang berbisik, “itu kamu…, itu aku…”.

Bodohnya, aku menebak-nebak kamu. Menempatkan kamu dalam satu kotak tak berkunci, merayu genit minta dijamah. Terakhir kali ku buka, aku dikutuk merindumu. Kalau nekat ku buka lagi? Apa aku akan mati dipasung rindu?

Aku rindu kamu, tapi tidak berani menabung rasa. Aku tidak pernah kehilangan kamu, karena kamu memang tidak pernah ku miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar